Jumat, 26 Agustus 2011

Pernahkah Anda mengalami pilek

Pernahkah Anda mengalami pilek dalam waktu lama dan tak kunjung sembuh? Jika ya, pasti hal tersebut sangat menjengkelkan Anda. Jangankan pilek yang berlangsung dua atau tiga bulan, pilek selama satu minggu saja rasanya sudah mengganggu sekali. Makan tak enak, minum tak berselera. Hidung yang tersumbat memang berpengaruh besar terhadap kenikmatan makan. Sebab, indra penciuman berhubungan erat dengan indra pengecap dan perasa.


Namun kadang, ada kalanya pilek sering kali tak sembuh-sembuh dalam waktu sangat lama. Padahal, dalam kondisi normal, menurut Gary Rogg, MD, ahli kesehatan dari Montefiore Medical Center New York, 70 persen orang akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu seminggu. Karena itu, jika lewat seminggu, ada baiknya Anda curiga. Biasanya, ada beberapa kemungkinan penyebab pilek dengan durasi lama antara lain: rintis alergika, tulang hidung bengkok atau karena sinusitis.

Rinitis alergika adalah alergi yang disebabkan oleh debu, udara dingin, asap atau kelelahan. Jika ini penyebab pilek panjang Anda, maka cara terbaik untuk menyembuhkan dan mencegahnya adalah dengan menghindari penyebab pilek tersebut. Jika Anda alergi debu misalnya ketika sedang bersih-bersih rumah selalu gunakan masker. Hal ini berlaku juga ketika sedang bepergian. Sebab kondisi jalanan di Indonesia seringkali berdebu. Jadi setiap keluar rumah gunakan selalu masker penutup hidung. Tulang hidung bengkok juga bisa menyebabkan pilek yang tak kunjung sembuh. Sementara sinusitis juga menyebabkan pilek dalam waktu panjang. Peradangan di daerah sinus ini bisanya akan menyebabkan pilek lama hingga berbulan-bulan dengan gejala yang cukup menyiksa seperti pusing dan nyeri di bagian wajah. Penderita sinusitis bahkan akan merasakan sakit kepala super hebat ketika menundukkan kepalanya.

Namun, selain ketiga hal tersebut, kadang ada beberapa hal lain yang menyebabkan pilek tak cepat pulih. Berikut beberapa hal yang juga perlu Anda perhatikan agar kondisi segera pulih:



* Cukupkah waktu istirahat Anda?
Sebuah penelitian yang disebutkan dalam Journal of Internal Medicine menyebutkan bahwa orang yang tidur kurang dari tujuh jam dalam sehari memiliki risiko flu dan pilek, serta terkena penyakit lain tiga kali lebih banyak daripada orang tidur 8 jam. Karena itu, jika pilek tak kunjung sembuh, cobalah istirahat dalam porsi yang seimbang.

* Kurang minumkah Anda?
Jumlah air dalam sehari yang dianjurkan adalah 8 gelas. Dalam hal ini, air sangat penting untuk menjaga kesehatan, apalagi saat sudah terkena pilek. Peter Katona, MD, asisten professor dari University of California Los Angeles (UCLA) Health System menyebutkan bahwa air berfungsi sebagai “pengguyur” penyakit agar bisa segera keluar dari dalam tubuh.

* Salahkah penanganan penyakit Anda?
Menurut Rogg, salah satu penyebab sakit tak kunjung sembuh karena penanganan yang salah. Dalam hal ini, pilek memiliki banyak penyebab, seperti yang telah disebut, di antaranya rinitis alergika, tulang hidung bengkok, atau sinusitis. Untuk itu, Rogg menyarankan agar pergi ke dokter jika memang pilek telah lebih dari seminggu.

Kamis, 23 Juni 2011

Fungsi Kurikulum

Dalam pengalaman sehari-hari, sering didengarkan istilah fungsi. Fungsi membawa akibat pada adanya hasil. Jika sesuatu itu berfungsi maka berakibat pada adanya hasil. Demikian juga sebaliknya, jika sesuatu itu tidak berfungsi akan berakibat pada tidak tercapainya hasil yang diharapkan (tujuan).
Atas dasar tersebut, dapat dikatakan bahwa fungsi kurikulum berkaitan dengan komponen-komponen yang ada dan mengarah pada tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Dakir (2004:13) beberapa komponen dalam kurikulum yang harus menunjukkan arah pada pencapaian tujuan pendidikan adalah: (1) perencanaan yang telah disusun, (2) komponen materi yang telah direncanakan, (3) metode/cara yang telah dipilih, dan (4) penyelenggara pendidikan dalam fungsinya melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan pendidikan.
Secara ringkas, Ladjid (2005:3) mengemukakan tiga fungsi kurikulum, dengan berfokus pada tiga aspek:
1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan tersebut, sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
3. Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.

Selain itu, beberapa fungsi lain dari kurikulum tidak hanya menyangkut mereka yang berada di dalam lingkungan sekolah saja, tetapi fungsi-fungsi kurikulum juga menyangkut berbagai pihak di luar lingkungan sekolah, seperti para penulis buku ajar dan bahkan para masyarakat (stakeholder). Bahkan sekarang ini, penyusunan kurikulum justru melibatkan berbagai lapisan (stakeholder) yang memang secara langsugn atau tidak langsung akan turut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keberlakukan sebuah kurikulum.
a. Fungsi kurikulum bagi penyusun buku ajar
Bagi para penyusun buku ajar, memahami kurikulum merupakan keharusan, karena untuk dapat menyusun buku ajar yang sesuai dengan kehendak kurikulum maka cara satu-satunya adalah membaca dan memahami kurikulum itu sendiri.
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis instruksional terlebih dahulu. Kemudian menyusun Garis-garis Besar Program Pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran teretentu, baru berbagai sumber bahan yang relevan (Dakir, 2004)
Dengan menggunakan kurikulum yang berlaku sebagai pedoman, buku ajar yang disusun dapat mencapai target dan tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah tertuang di dalam kurikulum. Buku ajar yang disusun dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, akan menjadi pedoman bagi guru terhadap buku ajar yang digunakannya, sehingga tidak menimbulkan kerancuan terhadap bahan yang diajarkan.

b. Fungsi kurikulum bagi guru
Dapat dikatakan bahwa kurikulum bagi seorang guru diibaratkan sebagai kompas, yakni kurikulum adalah pedoman bagi guru dalam usaha kegiatan belajar mengajar. Seperti diketahui bahwa setiap proses pembelajaran memiliki target capaian berupa tujuan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan dan pengajaran telah harus diketahui oleh guru sebelum mengajar. Oleh karena itu sebelum mengajar, guru sudah harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk strategi yang tepat dari mata pelajaran yang akan disajikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Abdurrahman (1994:93) mengemukakan, ”untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, diperlukan adanya strategi belajar mengajar yang tepat.” Untuk itu harus dilakukan telaah, perkiraan dan perencanaan yang baik, dengan kata lain, pendidikan dan pengajaran harus dikelola dan direncanakan dengan baik.
Namun bagi guru baru, diingatkan oleh Dakir (2004) bahwa sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. Setelah itu barulah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan selanjutnya guru mencari berbagai sumber yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
Secara keseluruhan, kurukulum dibutuhkan oleh guru sebagai pedoman, baiak sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ataupun pada saat proses belajar mengajar, dan bahkan sesudah proses pembelajaran tersebut berlangsung.
Nurdin dan Usman (2002) mengemukakan bahwa salah satu tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru profesional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut dengan mendesain program pengajaran. Setyiap guru dituntut untuk mampu menyusun rencana pembelajaran yang akan lakukan di kelas. Secara detail guru seharusnya telah memiliki tahapan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukannya sepanjang dia berada di kelas. Hal ini tidak hanya membantu guru di dalam mengajar, tetapi juga akan membantu guru dalam mengelola kelas secara efektif dan efisien.
Dalam implementasi kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, mendesain program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak terpisah satu sama lainnya (terpadu).
c. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Kepala sekolah adalah manajer di sekolah, dalam pengertian bahwa kepala sekolah melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, pengawasan dan lain sebagainya di sekolah yang dipimpinnya. Sekolah adalah salah satu bentuk organisasi, di mana di dalamnya terdapat manajemen. Kast dan Rosenzweig (1996:569) mengemukakan bahwa:
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengkoordinir sumber daya manusia dan material, dan para manajer bertanggung jawab untuk pelaksanaan organisasionalnya, baik untuk hasil sekarang maupun untuk potensi masa datang.

Dalam kaitan kurikulum, kepala sekolah bertanggung jawab agar setiap guru yang berada di bawah pimpinannya tahu dan memahami setiap kurikulum yang sedang berlaku, dan untuk selanjutnya kepala sekolah bertindak untuk melakukan supervisi. Hamalik (dalam Dakir, 2004:16) mengemukakan bahwa:
Supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan, motivasi, nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.

Pengertian supervisi di atas, mengamanahkan kepada kepala sekolah bahwasanya kepala sekolah bertanggung jawab terhadap sosialisasi setiap kebijakan pendidikan dan pengajaran bahkan bertanggung jawab untuk terlaksananya kebijakan-kebijakan tersebut di tingkat sekolah. Hal inilah yang diingatkan oleh Komariah dan Triatna (2005) bahwa kepemimpinan pendidikan yang diperlukan saat ini adalah pemimpin yang memiliki sikap tanggap dan cepat dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Melalui kurikulum kepala sekolah dapat melakukan tugas pembinaan kepada para guru sehingga akan diketahui berbagai kekurangan dan kelemahan proses yang sedang berlangsung.
d. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
Fungsi kurikulum bagi masyarakat, sesunguhnya juga akan menggambarkan fungsi sekolah bagi masyarakat. Artinya, kurikulum akan mengambarkan berbagai muatan yang akan diemban oleh sekolah.
Ada anggapan masyarakat yang menganggap bahwa fungsi sekolah adalah menjadi inspirattor dan menjadi motor penggerak (agent of change) bagi setiap perubahan (Nasution, 2004). Jika demikian, tentu akan sangat banyak yang diharapkan masyarakat dari sekolah. John Dewey (dalam Nasution, 2004) mengemukakan bahwa lembaga pendidikan sekolah adalah institusi yang paling efektif untuk melakukan rekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. Bahkan G.S.Counts (dalam Nasution, 2004:157) lebih jauh dari itu; dengan mengemukakan bahwa ”pendidikan tidak hanya harus membawa perubahan dalam masyarakat akan tetapi mengubah tata sosial dan mengatur perubahan sosial.”
Jika demikian fungsi dan tugas yang diemban sekolah, maka hal itu sangat tergantung kepada kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman dari semua kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kurikulum berperan sangat besar dalam mempercepat terjadinya proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Teori sosiologi mengatakan bahwa: Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik atau kurang mencolok. Ada pula perubahan–perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun amat luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali akan tetapi ada pula perubahan yang amat cepat (Soekanto, 1996). Ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa kemudian kurikulum perlu dikembangkan atau bahkan mungkin diadakan perubahan. Hal itu semata-mata karena terjadinya dinamika dalam kehidupan sosial masyarakat.
Seiring dengan itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan di bidang teknologi ini telah mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat fantastis, drastis dan signifikan dalam kehidupan umat manusia di hampir segala aspek kehidupan (Bastian, 2002).
Membangun masyarakat melalui pendidikan adalah keharusan yang sangat mendesak dan tidak boleh ditawar-tawar. Bastian (2002:13) mengemukakan bahwa : ”Bangsa yang tidak mampu untuk mengantisipasi perkembangan disebabkan kesalahan sistem pendidikannya yang tidak berorientasi pada pengembangan potensi pembawaan generasi mudanya secara maksimal.” Sistem pendidikan sangat tergantung dari cara pandang suatu bangsa akan pengertian apa sebenarnya hakikat pendidikan tersebut.

Strategi Inkuiri dalam Pembelajaran

Penggunaan strategi yang tepat merupakan salah satu faktor bagi pencapaian pembelajaran efektif. Menurut Gulo (2002), strategi belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual. Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai adalahunsur-unsur pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu.
Strategi pembalajaran inkuiri mengacu kepada pembelajaran melalui pengalaman. Hamalik (2001:63) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan inkuiri (inkuiri based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digaruskan secara jelas.
Peran guru dalam strategi inkuiri menurut Gulo (2002) adalah sebagai berikut:

1. Motivator, yang memberi rangsangan kepada para agar aktif dan bergairah di dalam belajar
2. Fasilitator, yaitu memberi petunjuk-petunjuk bagi penyelesaian persoalan belajar siswa
3. Pengarah, yaitu memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan
4. Administrator, yaitu bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di kelas
5. Manajer, yaitu mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
6. rewarder, yaitu memberi penghargaan terhadap prestasi yang dicapai siswa dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Hubungan Psikologi dan Pendidikan

Psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku dalam pengertian ini, adalah tingkah laku yang mempunyai tujuan. Psikologi menjelaskan berbagai aspek perkembangan individu, melakukan analisis dan menjelaskan berbagai gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan pendidikan mengembangkan berbagai potensi, yang secara luas melibatkan aspek fisik dan psikis pada manusia. Ini menunjukkan bahwa psikologi dan pendidikan merupakan satu hubungan yang sangat penting dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan manusia. Hubungan antara psikologi dan pendidikan kemudian melahirkan cabang ilmu baru yang dikenal dengan psikologi pendidikan.
Oleh karena itu, psikologi pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati berbagai tingkah laku yang terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar. George J Mouly, mengemukakan:
To the extent that psychology is the science most directly concerned with the study of behavior, it must necessarily supply the major part of the scientific of foundation of educational practice. In fact, psychology can contribute to every aspect of educational practice through the clarification of the nature learner, of the larning process, and of the role of the teacher.

Pendapat Mouly di atas menjelaskan bahwa psikologi sangat membantu di dalam memahami struktur dan berbagai aspek psikologi dari para peserta didik sehingga proses pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif. Pandangan ini menegaskan arti penting psikologi dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital dalam praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu perkembangan fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lain-lain.
Kaitannya dengan pembelajaran, maka psikologi pendidikan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran, di antaranya:

1. Membantu guru dalam membuat disain instruksional
2. Disain instruksional adalah suatu rancangan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, yang berisi rancangan untuk menentukan isi materi, tujuan yang hendak dicapai, bagaimana proses, serta evaluasi yang tepat.
3. Membantu guru di dalam “memahami” anak didik

Pendidikan Karakter

Persoalan real yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana membentuk karakter bangsa (Nation Character Building). Bagaimana Nilai-nilai budaya banagsa yang telah mengakar kuat berhadapan dengan pusaran arus globalisasi yang demikian mengancam. Bagaimanapun juga khazanah keragaman budaya dan heterogenitas masyarakat Indonesia, di satu sisi merupakan keistimewaan namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran. Dalam diskursus pendidikan, hal tersebut harus dibahas, dan tidak dapat diabaikan begitu saja.

Abd.Rachman Assegaf, mengemukakan bahwa: Diskursus pendidikan bukanlah merupakan suatu entitas yang berdiri sendiri, melainkan dikelilingi oleh entitas lain yang saling bersinergi. Problema sosial, politik, budaya, hukum, falsafah, ekonomi dan lain-lain merupakan entitas di luar pendidikan yang memiliki pengaruh interkonektif cukup intens terhadap pendidikan. (Mustofa Rembangy, Pendidikan Transformatif, Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta: Teras, 2008, h.xxiii)

Dari sisi yang berbeda walau dengan perspektif yang sama dikemukakan oleh Suyanto bahwa icon biggrin Pendidikan Karakter i era global seperti saat ini dan masa yang akan datang, penguasaan teknologi informasi menjadi sangat penting bagi eksistensi suatu bangsa. Oleh karena itu, dilihat dari aspek pendidikan, era global berdampak pada cepat usangnya hardware dan software bidang pendidikan. Dengan demikian, sektor pendidikan harus diberdayakan setiap saat.(Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional Dalam Percaturan Global Dunia, Jakarta, PSAP Muhammadiyah, 2006, h. 15)

Dari dua pandangan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan penting, bahwa di era globalisasi, pendidikan dan semua anasir-anasirnya, terutama kebudayaan, harus selalu berhubungan secara sinergis, dan untuk mencapai harmonisasi tersebut dibutuhkan penguasaan teknologi informasi yang up to date.
Karena itu, fenomena multikulutralisme harus menjadi perhatian kebijakan pendidikan di Indonesia. Bahkan disebutkan bahwa upaya menggagas pendidikan yang berbasis multikulturalisme menjadi signifikan.

Memahami Paradigma Pendidikan

Pendidikan yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan mengarahkan perubahannya (Nur Syams, 2008: 194) Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profeesional.
Untuk mememiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal dengan sikap kritis itu, akan ditemukan berbagai pengalaman yang dialaminya sendiri dan masyarakatnya. Dari self empowerment ke social empoweriment.
Kurikulum pendidikan seharusnya tidak didominasi oleh pola pendidikan tradisional yang mengedepankan uraian verbal dan hafalan ketimbang kemampuan praktik yang menrangsang profesionalisme. Akibatnya dunia pendidikan lebih banyak menghasilkan retorika atau ungkapan-ungkapan verbal, ketimbang mencermati kenyataan-kenyataan sosial dan kemudian mengubahnya melalui kemampuan yang dimilikinya.
Karena itu, harus diakui bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang value laden bukan value free. Sebagai dunia yang value laden maka dunia pendidikan diharapkan memiliki: (1) kesadaran kritis yang didasari oleh suatu landasan etika, sehingga mampu memisahkan berbagai hal dalam kerangka konseptual yang tepat. (2) memiliki kemampuan profesional sehingga mampu mengaplikasikan sesuai dengan bidang yang digelutinya, (3) memiliki kemampuan sebagai agen perubahan dan pelopor bagi masyarakatnya.
Jika -setidaknya- ketiga hal tersebut mampu tercermin dalam wajah pendidikan kita, maka yakinlah bahwa pendidikan akan menemukan bentuknya yang benar menuju kepada terwujudnya masyarakat pendidikan yang dicita-citakan.

Rabu, 01 Juni 2011

Diklat Penelitian Pendidikan Tingkat Nasional


Pembicara : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto

Hari / Tanggal : Minggu, 22 Mei 2011

Tempat : SD N Karangnangka - Kecamatan Kedungbanteng

Kabupaten Banyumas - Purwokerto

Selasa, 24 Mei 2011

Jangan buang komputer lama anda( mengandung emas) :P

Jangan buang komputer lama anda( mengandung emas) :P
Anda punya komputer bekas yang tak terpakai? Entah itu komputer 486, Pentium I, II maupun Pentium III. Atau monitor analog 14 atau 15 yang tak terpakai dan rusak parah?

Anda tentu berfikiran untuk membuang saja komputer dan monitor jadul itu karena memenuhi ruang gudang anda dan untuk menjualnya anda juga berfikir tidak akan laku..

Eit… nanti dulu, jika anda berfikir itu tidak laku anda tentu akan cukup tercengang berapa sebuah komputer yang tidak terpakai itu laku dalam pasaran barang bekas dan untuk apa barang itu digunakan.

Sebuah CPU bekas misalnya, bisa berharga antara 50 ribu sampai 100 ribu perunit, tak peduli apakah itu 486, Pentium I, II dan III.

Sebuah monitor dihargai antara 65 ribu sampai dengan 85 ribu rupiah. Mengejutkan bukan?

Dalam sebuah CPU, bila dirinci maka akan dihitung sebagai berikut:
Quote:
- Motherboard dihargai Rp. 35000 /kg. Jadi bila dengan hitungan perkilo antara 2 hingga 3 motherboard, maka sebuah motherboard adalah seharga Rp. 15000 – Rp. 20.000
- Processor 486 dihargai Rp. 45.000 dan Pentium 1 dengan bahan keras dihargai Rp. 12.000 dan Pentium 1 lurik dihargai Rp. 4000
- Harddisk dihargai Rp. 5000
- CD Rom dihargai Rp. 2000 – Rp. 4000/buah
- Power Supply dihargai Rp. 5000/buah
- Casing dihargai Rp. 5.000/buah
- Sebuah SDRam dihargai Rp. 1.000/keping
- Printer rusak dihargai Rp. 2000/kg
Ladang Emas

Processor 486, incaran "Penambang Emas" kota

Memang, bagi sebagian orang mengumpulkan komputer rusak dan jadul yang sudah tidak terpakai merupakan ladang hidup. Bahkan “booming” perburuan komputer rusak itu merambah pada hampir semua lapak di Jakarta dan Bekasi. Sehingga sangat mudah bagi pengepul (orang yang mengumpulkan barang bekas) untuk menjual ke lapak maupun ke tukang bajong (orang yang mengumpulkan barang bekas dari pengepul tanpa lewat lapak).

Syukur-syukur, bisa mendapat komputer bekas yang masih layak di jual beberapa spare partnya, malah bisa dijual di toko-toko komputer.

Disaat harga beberapa logam jatuh, pilihan untuk mengumpulkan barang bekas komputer menjadi incaran para pengepul.

Untuk apa barang-barang tersebut?

Barang-barang komputer yang berhasil dikumpulkan dipreteli untuk memisahkan barang-barang menurut jenisnya. Alumunium, besi, tembaga, tabung monitor, mikron, dikumpulkan menurut jenisnya masing-masing. Setelah itu ada saja “bos” masing-masing barang mengambil dengan hitungan per kilo. Ada bos besi, bos alumunium, bos tabung, dll.

Dan yang mengejutkan, ada Emas dalam IC komputer! IC ini menjadi incaran para “penambang emas” dikota untuk meleburnya menjadi emas! Jadi, memang ada emas pada komputer bekas.

Senin, 25 April 2011

Sabtu, 15 Januari 2011