Jumat, 09 April 2010

Togel dan Kemiskinan

Seseorang terseret ke arena meja judi karena berbagai sebab. Yang paling umum ingin cepat
kaya tanpa terlalu banyak kerja keras. Penjudi sendiri terdiri dari beberapa golongan, antara
lain: kelas menengah ke atas dan kelas menengah ke bawah. Golongan pertama
menghabiskan uangnya karena hobi.
Seseorang terseret ke arena meja judi karena berbagai sebab. Yang paling umum ingin cepat
kaya tanpa terlalu banyak kerja keras. Penjudi sendiri terdiri dari beberapa golongan, antara
lain: kelas menengah ke atas dan kelas menengah ke bawah. Golongan pertama
menghabiskan uangnya karena hobi, ingin tambah kekayaan, mengisi waktu luang atau karena
memang seorang petaruh. Yang kedua ingin mengubah nasib yang tak kunjung membaik.
Masyarakat miskin berjudi karena ingin mengubah nasib. Sudah kerja keras banting tulang, tapi
tak ada perbaikan. Mereka ini kita sebut penjudi karena masalah struktural. Kemiskinannya
terbentuk karena faktor struktural. Mentalitasnya sebagai penjudi terbentuk karena problem
struktural. Semuanya saling terkait dan membentuk lingkaran sosial yang sulit diputuskan.
Aparat negara sering hanya bertindak sebagai panacea, alias obat rawat jalan. Ajang judi
diberantas, kartu domino disita, toto gelap (togel) diintai dan pengedarnya dibekuk. Setelah
ditangkap, tak jarang tersangka diperkenalkan dengan permainan birokrasi yang busuk, suap
sana sogok sini, keluarlah dia dan kembali tetap menjadi pengedar kupon togel. Begitu
seterusnya
Berita-berita tentang kemampuan aparat membekuk bandar judi selalu dipandang sinis oleh
masyarakat. Mereka memberantas togel tapi membiarkan kemiskinan seolah-olah bukan lahan
subur penyebab kecenderungan orang menjadi petaruh. Bukankah dengan demikian, negara
sendiri berperan dalam memajukan perjudian? Dan negara sendiri berperan seolah-olah
sebagai aparat yang anti perjudian?
Irasional Berkembang
Maraknya togel di masyarakat bawah sebuah cermin dari gagalnya upaya membangun
rasionalitas di publik. Inilah yang membuat kehidupan menjadi lebih spekulatif. Hidup
dikesankan dengan intrik, ketiba-tibaan, dan tidak ada yang bisa diprediksikan. Karena itulah
hidup harus dipertaruhkan melalui angka-angka. Irasionalitas tumbuh karena kultur kerja keras
dan displin tidak lagi banyak berlaku di masyarakat.
Masyarakat didominasi sikap ingin cepat kaya dan tenar. Para politisinya pun sudah lebih dulu
mengajarkan cara hidup enak dan kaya mendadak. Mentalitas yang saat ini diperlihatkan oleh
publik adalah bagaimana menjadi kaya tanpa prestasi. Bagi para politisi ini hal biasa. Menjadi
aktor politik adalah investasi untuk meraih kekuasaan ekonomi.
Ini yang menyuburkan judi karena orang mencari jabatan dengan mengeluarkan dana yang
begitu besar tapi dia miskin prestasi dan konsep. Ini yang membuat hidup dengan konsep
spekulatif tumbuh subur. Di sisi lain, kultur di masyarakat sendiri membiarkan hal yang irasional
itu berkembang biak.
1 / 2
Togel dan Kemiskinan
Rabu, 03 Desember 2008 11:36
Fenomena judi togel yang menjamur merupakan cermin dari matinya nalar dalam hidup. Nalar
memang alat belaka, tidak dapat menentukan tujuan hidup. Paling banter ia hanya dapat
memberitahu bagaimana caranya sampai ke sana. Ia bisa kita gunakan untuk mencapai tujuan
apa saja: baik atau buruk. Tetapi nalar yang sehat bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk
meraih tujuan yang lebih realistik. Nalar tidak sehat bisa dipakai untuk pembenaran
argumentatif yang bisa diterima akal sehat.
Dalam hal ini persoalan judi dijadikan alasan mengubah nasib karena himpitan hidup yang tak
berdaya. Peran negara, yang menurut konsep kenegaraan akan membantu fakir miskin, tak
tampak.
Realitas Semu
Hal inilah yang mendorong judi togel sulit diberantas. Ada faktor dari dalam yang menyuburkan
mentalitas judi tumbuh subur. Ini terkait dengan kehidupan publik yang tidak menghargai kerja
keras dan displin untuk meraih kesuksesan.
Kesuksesan yang saat ini ditawarkan kepada publik merupakan realitas kesemuan. Realitas
kesemuan itu tumbuh karena orientasi hidup bangsa ini hanya mengejar hal yang
menyenangkan belaka. Apa yang diperlihatkan para elite itu dijadikan acuan dalam hidup
rakyat.
Perilaku masyarakat digerakkan menuju hal-hal yang menyenangkan, bukan yang mendasar
dalam hidup ini. Hidup berjalan tanpa tahu arah ke mana yang hendak dituju. Ini merupakan
masalah mendasar di mana hidup ini ditandai dengan mentalitas spekulatif. Mentalitas ini begitu
menyolok dengan mengadakan perselingkuhan antara aktor politik dan pemilik modal. Aktor
politik sering membiayai kehidupannya dengan melegalkan cara-cara lazimnya berjudi.
Mentalitas penjudi inilah yang sekarang menjadi lingkaran kepedulian dalam publik ini.
Masyarakat putus asa bahwa kerja keras bisa menghasilkan hidup lebih baik. Zaman ini
memang zaman susah, dan karena kesusahan itulah orang akan lari pada hal yang irasional,
termasuk judi dan mistik.
Judi terkait dengan dunia mimpi yang menawarkan hidup di alam bawah sadar. Tidak ada
orang kaya karena judi, tapi masyarakat penjudi begitu sangat percaya bahwa dengan judi
mereka akan bisa kaya.
Ada logika hidup salah yang sudah tertanam kuat. Alam bawah sadar itulah yang sekarang
mempengaruhi perilaku hidup. Perilaku hidup bukan lagi didasari keyakinan imannya melainkan
keyakinannya disesuaikan dengan selera yang tumbuh karena terkait dengan yang dilihat oleh
panca indra. Ini membuat orang mudah terpesona dan tertipu oleh ilusi.
Tak terlalu salah juga jika dikatakan ilusi dalam masyarakat tumbuh subur karena elitenya
mengajari bagaimana mengejar jabatan politik dengan berjudi.
Penulis adalah budayawan
2 / 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kirim kritik dan saran :